Cermin kusam pada bias cahaya lampu temaram
Pantulkan sendu tatapan mata pada wajahku
berkarat
Cermin kusam mewujud sebuah lorong yang
menarik pandangan
Mataku mengekor pada torehan-torehan di
dindingnya
Hingga kupu-kupu kecil mengajakku menari
Sayap-sayap kecilnya mengepak lentik di
ujung hidungku
Aku hanya diam pada gelapnya hati tanpa
lilin
Sedikit rasa tergerak untuk menari bersama
Namun pantulan wajah berkarat pada cermin
usang
Menarikku untuk kembali pada dinding lorong
berlumut
Aku ingin pulang
Dan lorong itu terus menarikku semakin
dalam
Cermin kusam pada bias cahaya lampu temaram
Kubenamkan karat wajahku di dalamnya
Semakin dalam dan bertambah dalam
(Cirebon, Penghujung Mei 2009)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar